Metode Pembelajaran learning cycle

Learning Cycle merupakan suatu model pembelajaran yang berdasarkan pada pandangan konstruktivisme. Pandangan konstruktivisme pertama dibangun berdasarkan pertanyaan: ”Bagaimana pengetahuan itu dibangun dalam pikiran siswa”. Piaget menyatakan pengetahuan dikonstruksi sebagai usaha keras siswa untuk mengorganisasi pengalaman-pengalaman dalam hubungannya dengan struktur kognitif yang telah ada sebelumnya. Hal ini menjawab pertanyaan bahwa sebenarnya pengetahuan dibangun dari pengetahuan siswa itu sendiri. Pengertian konstruktivisme: yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang mengarahkan pada penemuan suatu konsep yang lahir dari pandangan-pandangan, pendapat-pendapat dan gambaran-gambaran serta inisiatif siswa melalui proses eksplorasi personal, diskusi dan penulisan refleksif.

Arindawati, (2004:86) menuturkan Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu exploration, concep interduction dan concep aplication. Tiga siklus terebut sat ini berkembang menjadi lima tahap yang terdiri atas engagment, exploration, explanation, elaboration/extention dan evaluation (Lorsbach). Model pembelajaran Learning cycle adalah model pembelajaran yang fleksibel, guru dapat menggunakan format pembelajaran yang berbeda ( misalnya diskusi, praktikum, membaca dan informasi) pada tahap yang berbeda, dari kelima tahap tersebut boleh dirubah namun urutan tahapan tidak boleh dirubah atau dihilangkan salah satunya. Maka dengan model pembelajaran Learning cycle guru dapat merencanakan suatu pembelajaran yang dapat membuat siswa berani untuk mengungkapkan pendapat atau ide-idenya tanpa rasa takut, selain itu juga dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa yang disesuaikan dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa.

Model Pembelajaran Learning Cycle merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan pengembangan konsep yaitu bagaimana pengetahuan itu dibangun dalam pikiran siswa, dan keterampilan siswa dalam menemukan pengetahuan secara bermakna serta mengaitkan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan yang baru dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari

Fase Engage: pada fase ini kita akan menciptakan minat dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa pada topik yang ingin dipelajari, menimbulkan pertanyaan dan mendatangkan respon dari siswa yang akan memberikan gambaran apa yang telah mereka ketahui. Ini merupakan kesempatan yang baik untuk mengidentifikasi miskonsepsi pemahaman siswa. Selama fase ini, siswa akan dihadapkan pada pertanyaan (mengapa hal ini bisa terjadi? Bagaimana kita bisa menemukannya?)

Fase Explore: selama fase ini siswa diberi peluang untuk bekerja sama tanpa bimbingan langsung dari guru tetapi guru berperan sebagai fasilitator. Berdasarkan teori Piaget, ini merupakan fase ketidakseimbangan, pola pikir siswa masih acak (membingungkan). Hal ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk mengajukan prediksi dan menguji hipotesis atau mendiskusikan alternatif lain dengan teman sekelompok, mencatat hasil pengamatan dan menunda keputusan.

Fase Explain: pada fase ini siswa didorong untuk menjelaskan konsep dengan kata-kata mereka sendiri, menunjukkan bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, mendengarkan penjelasan siswa lain dengan kritis. Siswa harus menggunakan catatan pengamatan dan pengalaman siswa sebelumnya sebagai dasar dari diskusi.

Fase Extend: pada fase ini siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah mereka kuasai dalam situasi yang baru, meningkatkan siswa tentang penjelasan alternatif dan mempertimbangkan keberadaan data dan bukti yang mereka selidiki dalam situasi yang baru. Strategi explorasi juga diterapkan di sini karena siswa akan menggunakan informasi sebelumnya untuk menjawab pertanyaan, mengajukan solusi, membuat keputusan, eksperimen dan mencatat pengamatan.

Fase Evaluate: evaluasi dilakukan pada setiap fase, artinya dilakukan pada sepanjang pengalaman belajar. Guru perlu mengamati pengetahuan dan keterampilan siswa, aplikasi dalam konsep yang baru dan perubahan dari pola pikir siswa. Siswa perlu menilai dirinya sendiri dengan menanyakan pertanyaan terbuka dan memberikan jawaban berdasarkan hasil pengamatan, bukti dan penjelasan yang telah diterima sebelumnya. Dengan demikian siswa akan terdorong melakukan penyelidikan yang lebih lanjut dimasa yang akan datang.

Ketuntasan Belajar adalah: tingkat ketercapaian kompetensi setelah peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran  Pembelajaran tuntas (mastery learning) diartikan sebagai pendekatan dalam pembelajaran yang mensyaratkan siswa dalam menguasai secara tuntas seluruh Standar Kompetensi maupun Kompetensi Dasar mata pelajaran

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

This blog is kept spam free by WP-SpamFree.