Allah Pemberi Cahaya Kepada Langit dan Bumi
Dalam Tafsir Ibnul Qoyyim Surat An-Nur ayat 35 dijelaskan Perumpamaan cahaya Allah ada di dalam hati orang muslim. Inilah cahaya yang dimasukkan Allah ke dalam hati hamba-Nya, berupa ma’rifat, cinta, mengingat dan iman kepada-Nya. Inilah cahaya Allah yang diturunkan kepada mereka, sehingga membuat mereka hidup dan menjadikan mereka dapat berjalan di tengah manusia. Asal cahaya itu ada di dalam hati mereka, lalu materinya menguat dan semakin bertambah, sehingga tampak pada wajah, badan dan seluruh anggota tubuh mereka, bahkan pada pakaian mereka, yang dapat dilihat orang lain yang setarap, meskipun orang-orang mengingkari hal ini. Pada hari kiamat cahaya ini tampak jelas. Dengan imannya, mereka berjalan di tengah manusia yang berada dalam kegelapan jembatan, hingga mereka dapat melewati orang-orang itu yang berada dalam keadaan lemah karena kelemahan hati mereka di dunia.
Dalam hal ini penulis mengaitkan antara Surat An-Nur ayat 35 di atas dengan asal mula terbuntuknya jagat raya. Dari ayat tersebut terdapat kata “Allah pemberi cahaya kepada langit dan bumi”. Inilah jawaban dari pertanyaan “saat ini kita menyakini bahwa jagat raya kita terbentuk dari sebuah titik tunggal yang padat dan panas. Lalu timbul pertanyaan kenapa ada sebuah titik dengan energi sebesar itu yang dapat membentuk jagat raya ?”. “Allah pemberi cahaya kepada langit dan bumi”, cahaya merupakan bentuk energi paling kuat sepanjang yang kita ketahui karena cahaya bersifat panas. Panas merupakan bentuk energi seperti kita ketahui bersama bahwa satuan energi dalam fisika adalah kalori yang didefinisikan banyaknya panas yang diberikan kepada air sebanyak 1 cc.
Jika kita melihat dari ilmu fisika modern bahwa jika suatu benda bergerak dengan kecepatan cahaya maka benda tersebut akan terurai menjadi energi. Jadi ayat diatas menerangkan bahwa sebelum terdapat sebuah titik panas ketika jagat raya akan terbentuk, sebelumnya ada dzat yang telah memberikan seberkas cahaya yang kemudian berubah menjadi sebuat titik panas dan meledak (teori bigbang).
Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita (sumber cahaya) besar
Dalam Tafsir Ibul Qoyyim dijelaskan Allah menjadikan cahaya ini, tempatnya, pembawanya dan materinya sebagai perumpamaan dengan sebuah Misykaat, yaitu sebuah lubang di dinding yang mirip dada. Di dalam Misykaat itu ada kaca yang sangat bening sehingga diserupakan dengan bintang yang mirip mutiara karena kebeningannya. Ini merupakan perumpamaan bagi hati orang mukmin, yaitu kebeningan, kejernihan, kelembutan dan kekerasan, sehingga terlihat kebenaran dan petunjuk dengan kebeningannya itu, lalu ia menghasilkan kelemahlembutan dan kasih sayang, tapi juga berjihat memerangi musuh-musuh Allah, menekan mereka, tegas dalam membela kebenaran dan teguh dalam hal ini dengan kekerasannya. Satu sifat yang ada padanya tidak menggugurkan dan tidak berbenturan dengan sifat lainnya, tapi saling mendukung dan membantu.
Didalam Perumpamaan ini ada dua jalan bagi para ahli ilmu Ma’any, yaitu :
Pertama: Penyerupaan tersusun. Cara ini lebih mengena dan lebih baik. Caranya ialah meyerupakan maksud kalimat dengan cahaya orang mukmin tanpa melakukan perincian terhadap setiap bagian-bagian dari apa yang diserupakan dengannya. Seperti inilah berbagai perumpamaan secara umum dalam Al-Quran.
Perhatikan sifat misykaat, yang berupa lubang agar menghimpun cahaya. Di lubang itu diletakkan pelita. Pelita ini berada di dalam kca, menyerupai bingtang yang mirip mutiara karena keindahan dan kejernihannya, yang bahannya merupakan bahan yang paling baik dan jernih serta mudah menyalakan api, berasal dari minyak pohon yang tumbuh di tengah lahan terbuka, tidak di timur dan tidak di barat sesuatu, yang mendapat sinar matahari pada waktu pagi dan sore hari, ditempat yang terjaga ujung-ujungya, mendapat sinar matahari dalam ukuran yang sedang-sedang saja. Karena kebeningan minyak pelita itu, hampir-hampir minyak itu sendiri memancarkan cahaya meskipun tidak terkena pai. Keseluruhan perumpaan yang tersusun ini merupakan perumpamaan cahaya Allah yang disifatinya dalam hati hamba-Nya yang mukmin dan yang dikhususkan baginya.
Kedua; cara penyerupaan terperinci. Ada yang berpendapat, misykaat ini adalah dada orang mukmin. Kaca adalah hatinya. Hati orang mukmin diserupakan dengan kaca karena kelemah lembutan kejernihan dan kekerasanya. Begitu pula orang mukmin yang menghimpun tiga sifat ini. Dia menyayangi, berbuat baik, mengaishi makhluk dengan kelemahlembutannya, dengan kebeningan di dalamnya tampak berbagai gambaran hakikat dan ilmu. Kotoran dan kerak tidak terlihat di sana. Sementara dengan kekerasanya dia bisa menjadi tegar dan teguh dalam urusan Allah, tegas terhadap musuh-musuh Allah dan menegakkan kebenaran karena Allah.
Menurut Penulis dalam surat An-Nur ayat 35 diatas diterangkan bahwa “perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita (sumber cahaya) besar”. Keterangan diatas berseuaian dengan teori lubang hitam. Lubang hitam adalah bintang sangat padat yang mempunyai gravitasi sangat besar sehingga cahayapun tidak dapat terpancar dari bintang tersebut, jadi asal mula dari pembentukan jagat raya adalah sebuah titik yang mempunyai energi besar yang kita sebut dengan lubang hitam.
“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahayanya seperti lubang yang tidak tembus, yang didalamnya ada pelita besar.” Jika ayat tersebut dikaitkan dengan teori bigbang, dimana teori tersebut menyebutkan bahwa asal mula jagat raya kita terbentuk dari sebuah titik yang sangat padat (lubang hitam).
“Pelita itu di dalam tabung kaca, (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak ditimur dan dibarat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api”,
Menurut arti sesungguhnya pelita merupakan lampu dari minyak, dan dalam perumpamaan di atas pelita kita artikan sebagai sebuah tempat energi yang energinya sangat besar dan tempat energi tersebut berada saat belum ada materi lain di sekitarnya (jadi pelita tersebut merupakan awal mula jagat raya).
Hal di atas juga membuktikan bahwa ada dzat yang telah memberikan energinya kepada asal mula jagat raya kita yang tidak lain adalah Allah SWT.
Cahaya di atas Cahaya
Dalam surat An-Nur ayat 35 di atas berbunyi “Cahaya diatas cahaya”, jika kalimat ini didefinikan dari ilmu fisika berarti kecepatan gerakannya melibih kecepatan cahaya yang merupakan salah satu sifat Allah. Sehingga pemikiran tentang Allah merupakan dzat yang mempunyai kecepatan di atas kecepatan cahaya dapat relevansikan melalui ayat tersebut.
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quraan itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (We will soon show them Our signs in the Universe and in their own souls, until it will become quite clear to them that it is the truth. Is it not sufficient as regards your Lord that He is a witness over all things?)[QS.41:53]
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” [Al ‘Ankabuut 43]