BENTUK JAGAT RAYA DAN TINGKATAN ALAM SEMESTA

“Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”. (QS : Al-Fushshilat:11-12).

Banyak pemahaman tentang langit yang dikenal di tengah masyarakat. Sebagian orang memahaminya sebagai lapisan-lapisan atmosfer di atas bumi. Ada juga yang memahami langit sebagai ruang hampa udara yang disebut ruang angkasa antar planet dan galaksi. Adapun pengertian yang lebih luas lagi menurut ilmu astronomi bahwa langit adalah alam semesta yang tak terbatas (tidak diketahui batasnya) namun berhingga (ada akhirnya).

Dalam Al-Quran surat Al-Fushshilat:11-12 di atas, difirmankan bahwa “Maka Dia menjadikan 7 langit dalam dua masa”. Maksud dari ayat ini bisa kita artikan bahwa Allah menjadikan 7 langit membutuhkan waktu selama dua masa, atau Allah menjadikan 7 langit dalam 2 masa (masa sebelum kiamat dan masa sesudah kiamat). Masa sebelum kiamat adalah masa kita saat ini yang dihuni oleh alam manusia, alam jin, alam barzakh dan alam malaikat dan masa sesudah kiamat adalah alam ruh dan alam surga neraka. Sebelum kita membahas tentang alam-alam semesta lainnya alangkah baiknya jika kita menelaah alam yang kita huni saat ini yaitu alam manusia.

Alam semesta yang tak terbatas namun berhingga dan memuat triliunan benda-benda angkasa, tatasurya kita, matahari dan planet-planetnya termasuk bumi sebagai anggotanya,  galaksi bimasakti (milky way galaxy) tempat berada tata surya kita, kluster (kumpulan beberapa galaksi) hingga superkluster (kumpulan dari beberapa kluster). Ini pun sebatas yang masih bisa diungkapkan para ahli astronomi.

Model jagat raya yang didasarkan teori Dentuman Besar (Big Bang) selalu disandarkan atas 2 teori penting yaitu: teori relativitas umum dan prinsip kosmologi. Dalam kedua teori tersebut diasumsikan materi di dalam jagat raya dianggap homogen dan isotropik.

Materi juga diyakini didistribusikan seraca seragam ke seluruh jagat raya dalam skala besar dan kecil. Dengan menggunakan teori tersebut juga dapat diketahui adanya pengaruh gaya gravitasi yang ditimbulkan gravitasi, sehingga mempengaruhi kelengkungan ruang dan waktu. Inilah yang melahirkan ruang-waktu.

 

Model geometri

(bersumber dari http://yasirmaster.blogspot.com)

Dilihat melalui ilmu geometris bentuk jagat raya diperkirakan memiliki bentuk sebagai berikut :

  1. Bentuk kurva positif.

Jagat raya dianggap memiliki bentuk seperti bola. Konsekwensinya. Jagat raya bersifat tertutup dan memiliki luas yang terbatas.

  1. Bentuk kurva negatif.

Jagat raya berbentuk seperti sadel (pelana kuda). Bentuk pelana ini menunjukan jagat raya tidak memiliki batas (ujung). Dengan demikian, luas jagat raya tidak dapat diketahui.

  1. Bentuk datar. Jagat raya berbentuk datar, seperti sebilah papan. Bentuk semacam ini mengandaikan jagat raya tidak memiliki ujung dan tidak terbatas.

Sumber gambar : yasir master’s Online_ misteri bentuk jagat raya dan materi misterius.mht

 

 

Kemudian berbentuk seperti apakah alam semesta kita?.

Untuk membahas masalah ini, kita harus membatasi hal tersebut dengan asumsi bahwa geometri tersebut memiliki 2 bentuk dimensi bidang dan 3 bentuk dimensi ruang.

Dengan demikian, andaikan bentuk jagat raya seperti bola (jagat raya tertutup), maka apabila kita melakukan perjalanan dalam satu arah dari salah satu kutubnya, ada kemungkinan kita akan kembali ke titik awal perjalanan (dapat diibaratkan orang yang mengelilingi bumi). Sedangkan dalam jagat raya terbuka, apabila kita melakukan perjalanan tentunya tidak akan pernah kembali ke tempat semula.

Sebelum membahas 3 bentuk jagat raya (secara geometri) yang kita tempati selama ini, ada baiknya kita mengetahui beberapa hal, yaitu:

  1. Sejauh ini jagat raya diyakini berusia 15 milyar tahun, angka tersebut menunjukkan bahwa jarak yang dapat dilihat oleh manusia hanya sejauh 15 milyar tahun cahaya, Karena ketika cahaya keluar dari sebuah bintang atau benda bercahaya lainnya, hanyalah bintang yang berjarak 15 milyar tahun cahayalah yang dapat kita lihat disebabkan cahaya butuh waktu untuk sampai ke Bumi. Sehingga penelitian kita hanya sebatas jarak tersebut.

Daerah yang dapat terjangkau tersebut disebut horizon. Sedangkan daerah di luar horizon, dianggap belum terjangkau ilmu pengetahuan.

  1. Masih banyak kemungkinan lain bentuk jagat raya ini. Bisa saja jagat raya memiliki bentuk yang jauh lebih rumit daripada yang dapat diperkirakan manusia. Contohnya, sebagian ahli yang ada menduga bahwa jagat raya kita memiliki bentuk donat atau bentuk-bentuk lain..

 

Densitas Materi

Densitas materi sangat berperan dalam membahas bentuk jagat raya. Densitas dalam pelajaran fisika SMP disebut sebagai massa jenis, yaitu massa per volume. Sebagaimana diketahui, densitas rata-rata materi sangat berpengaruh dalam membentuk pola seperti digambarkan dalam bentuk geometri jagat raya di atas, karena itu:

  1. Apabila densitas materi bernilai kurang dari densitas kritis, maka jagat raya akan bersifat terbuka dan tak terbatas, seperti bentuk permukaan pelana.
  2. Apabila densitas materi bernilai kurang dari densitas kritis, maka jagat raya akan bersifat tertutup dan terbatas, seperti bola.
  3. Apabila densitas materi bernilai seimbang atau sama dengan densitas kritis, maka jagat raya akan bersifat datar dan tak terbatas, seperti sebilah papan.

Sejauh ini, nilai densitas kritis yang diketahui bernilai sangat kecil, yaitu sebanding 6 atom hidrogen permeter kubik. Hasil tersebut ditemukan berdasarkan teori inflasi, dan satelit ruang angkasa WMAP yang menunjukan nilai densitas kritis. Hal ini berarti bentuk jagat raya seperti sebilah papan.

 

Forsa Gravitasi (Gaya Gravitasi)

Bentuk jagat raya dapat juga diperkirakan dengan menggunakan hukum gravitasi. Para ilmuwan berasumsi bahwa seluruh jagat raya didistribusikan secara beragam ke seluruh jagat raya. Tahap selanjutnya, ruang-waktu mempengaruhi materi tersebut.

Dengan kata lain, jagat raya dipengaruhi densitas (kerapatan materi atau masa per unit volume dan tekanan materi oleh forsa atau gaya yang digunakan per unit areal).

Sejauh ini ilmuwan beranggapan bahwa pada tahap awal jagat raya, volume materi bernilai sangat kecil (atau bahkan bernilai nol). Kemudian terjadilah dentuman besar yang bersamaan dengan itu terjadi pemuaian jagat raya.

Namun, pada tahap-tahap selanjutnya, pemuaian ini bukannya terus mengalami percepatan tetapi justru mengalami perlambatan sebagai akibat pengaruh forsa gravitasi yang terkandung dalam materi. Misalnya, apabila ternyata pemuaian jagat raya tidak cukup kuat untuk menahan forsa gravitasi materi yang ada, maka akan menyebabkan pemuaian berhenti. Kemudian terjadi penyusutan yang berakhir dengan runtuhnya jagat raya.

Observasi menunjukkan bahwa dalam proses pemuaian jagat raya ini ada semacam dominasi pengaruh dari materi yang masih misterius (dark matter) dan energi misterius (dark energy) inilah yang membuat jagat raya tetap seimbang (fine tunning).

Dengan kata lain, proses pemuaian jagat raya selalu diimbangi forsa gravitasi yang membuat jagat raya tidak memuai dengan laju yang terlalu cepat dan juga tidak semakin lambat yang bisa berakibat runtuh.

Dari uraian diatas, beberapa perkiraan bentuk jagat raya adalah sebagai berikut :

  1. Jagat raya bersifat tertutup dan terbatas. Apabila jagat raya bersifat seperti itu, dengan awalnya bervolume nol. Kemudian terjadi dentuman besar dan memuai, maka tentunya pada awalnya ada sebuah titik tunggal (singularitas) sebagai awal ledakan dan pemuaian (semacam pusat). Di sinilah jagat raya memulai evolusinya.
  2. Jagat raya berbentuk seperti bola, di mana batas-batas pemuaian dianggap sama radiusnya. Maka semua titik atau posisi dalam jagat raya dianggap sama. Dengan demikian, tidak ada pusat atau bagian tertentu dalam jagat raya yang bisa dianggap sebagai titik awal dentuman besar atau titik awal pemuaian.
  3. Jagat raya bersifat tertutup, tetapi memiliki tepi awal atau pusat dentuman besar dan pusat pemuaian. Juga memiliki tepi akhir atau pusat penyusutan atau titik runtuhan jagat raya (kiamat).
  4. Andaikata peristiwa dentuman besar tidak terjadi pada sebuah titik tunggal (singularitas) dalam ruang-waktu. Maka kemungkinan yang muncul adalah terjadinya dentuman besar secara simultan di jagat raya (lebih dari satu dentuman secara bersamaan).

Dengan demikian, daerah dalam ruang-waktu (horizon) sekarang tentunya tidak selalu lebih besar dari horizon masa lalu. Begitu pula andaikan sekarang ini semua ruang-waktu, baik yang ada di dalam dan di luar horizon bersifat tidak terbatas, maka pada awal terbentuknya jagat raya pasti bersifat terbatas. Jagat raya semacam ini belum bisa di gambarkan bentuknya.

Namun demikian, hasil sementara berdasarkan peristiwa supernova yang teramati menunjukan bahwa jagat raya terus memuai selamanya.

Hingga kini, ilmuwan masih menyelidiki berapa pasti nilai desitas materi di jagat raya dan pengaruh materi dan energi misterius. Semua itu agar diketahui bentuk sesungguhnya jagat raya.

Dengan demkian kita dapat mengambil kesimpulan bahwa bentuk jagat raya adalah datar dengan berisi alam semesta-alam semesta yang berasal dari sebuah dentuman besar. Alam semesta-alam semesta tersebut berbentuk bola-bola karena berawal dari dentuman sebuah titik tunggal yang diasumsikan hasil ledakan tersebut tersebar merata ke seluruh penjuru.

 

Tipe-tipe Materi

Bentuk dan evolusi jagat raya dipengaruhi beragam variasi tipe materi klasifikasi dasarnya adalah sebagai berikut :

  1. Radiasi.

Partikel yang tidak memiliki massa atau partikel bermassa kecil yang bergerak dengan kecepatan cahaya. Contohnya, foton (cahaya) dan neutron. Partikel radiasi dianggap memiliki tekanan positif.

  1. Materi Baryonic.

Materi yang sudah dikenal manusia dan memiliki komposisi utama:  proton, netron dan elektron. Materi ini dianggap tidak memiliki tekanan yang cukup berpengaruh. Contohnya batu, emas, kaca, bahkan manusia itu sendiri.

  1. Dark Matter.

Dikenal juga sebagai materi misterius atau non baryonic matter yang berinteraksi secara lemah dengan materi baryonic. Materi ini kemungkinan akan berhasil dideteksi melalui laboratorium raksasa supercollider.

  1. Dark Energy.

Sejauh ini, diduga ada semacam energi yang masih misterius yang mengisi jagat raya. Boleh jadi, energi (atau partikel) misterius ini mengisi ruang hampa udara di jagat raya. Energi misterius diyakini berperan dalam mempengaruhi proses pemuaian jagat raya. Energi ini memiliki tekanan negatif. Dulu di sebut ether.

Dari Uraian tentang bentuk dan besar jagat raya di atas apakah hanya sampai itu saja pemahaman kita, apakah tidak ada kehidupan lain diluar alam semesta kita. Jawaban ini diungkapkan oleh para ilmuwan pada akhir abad ke-20, Beberapa hipotesa dari ilmuwan-ilmuwan fisika melahirkan  teori alam semesta paralel (parallel universe atau multiverse) dan keyakinan akan keberadaan 10 dimensi alam semesta.

Pada tahun 1915, Albert Einstein seorang pegawai pada kantor paten di Bern Swiss, mengemukakan teori baru yang memodifikasi teori yang telah ada. Dia memormulasikan teorinya, yang kemudian dikenal sebagai teori relativitas umum. Teori ini sangat revolusioner, yang mengubah pandangan orang tentang konsep gaya yang diusulkan Newton.

Solusi menarik lainnya adalah, dengan menggunakan koordinat Kruskal, dapat ”dipetakan” kehadiran alam semesta lain, yang biasanya dikenal dengan alam semesta paralel. Pada saat itu, tidak terlalu digubris solusi ini, karena secara fenomenologis belum pernah diamati, sehingga ”dibuang” saja. Tetapi, pada perkembangan akhir-akhir ini, dengan kehadiran teori superstring, teori branes, dan dimensi ekstra, orang mulai menggali lagi kehadiran alam semesta paralel, sehingga jika solusi ini ada, berarti jagad raya yang kita tempati tidaklah tunggal, tetapi ada ”kembarannya”.

 

Teori string (garis)

Sampai pada tiga dekade lalu, paradigma benda dalam fisika selalu diambil sebagai titik tak berdimensi (berdimensi nol), bergerak dalam ruang-waktu yang membentuk garis berdimensi satu. Pada akhir abad ke-20, para ahli fisika mulai memandang bahwa partikel bukanlah titik tak berdimesi, tetapi berupa garis  dengan ukuran yang sangat kecil.

Ukuran sekecil itu dapat diukur dengan menggunakan energi yang sangat tinggi, dengan menggunakan pemercepat partikel yang ada sekarang konon dengan energi sebesar saat alam semesta terbentuk, belum mampu mengukur panjang ”partikel” string. Akibatnya, kemunculan paradigma baru ini bukan didorong oleh observasi, tetapi lebih kepada hipotesis dan konsistensi dalam merumuskan teori kuantum gravitasi, yaitu penggabungan teori gravitasi Einstein dan teori kuantum.

Telah lama diketahui bahwa ada empat interaksi yang memengaruhi dinamika benda, dari galaksi yang sangat besar sampai partikel yang sangat kecil seperti quarks, masing-masing interaksi tersebut adalah elektromaghnetik, lemah, kuat, dan gravitasi. Karena teori yang ada mencakup juga benda-benda yang sangat kecil, teori yang dibangun haruslah konsisten dengan teori kuantum. Interaksi  elektromaghnetik, lemah, dan kuat dapat dirumuskan secara konsisten. Sebagai contoh, interaksi dalam model kuantum elektromagnetik di mediasi oleh foton (partikel cahaya yang tidak bermuatan listrik dengan massa diam nol ).

Seharusnya, interaksi kuantum gravitasi di mediasi oleh graviton, partikel tidak bermuatan dan tidak bermassa dengan spin dua. Tetapi, masalahnya interaksi gravitasi tidak konsisten dengan kuantum. Kalau dipaksakan perumusannya, timbul suku tak hingga dalam orde perturbasinya. Nah, dengan memandang partikel sebagai garis, gravitasi dapat digabung dengan kuantum. Sayangnya, ada yang harus ”dibayar”, yaitu berupa ruang-waktunya bukanlah berdimensi empat seperti yang kita alami sekarang, tetapi berdimensi sepuluh (satu dimensi waktu dan sembilan dimensi ruang).

Dengan memodelkan partikel sebagai garis, timbul banyak pertanyaan, misalnya bagaimana menghubungkan string yang berbentuk tali, dengan partikel titik yang ada sekarang, misalnya elektron, proton, neutron, dan lain-lain? Yang lebih penting, bagaimana model string dapat mengakomodasi gravitasi. Partikel dimodelkan sebagai titik yang tidak berdimensi, kemudian berpropagasi dalam ruang dan waktu sehingga membentuk garis.

Untuk partikel yang sangat kecil, di mana konsep kuantum berlaku, garisnya banyak sekali, dan yang dioptimalisasi adalah jumlah semua garis yang mungkin. Dengan konsep yang sama, dapat digunakan untuk model garis. Bedanya dengan partikel titik adalah di sini menjumlahkan luas, yang bentuknya bisa bermacam-macam, misalnya bentuk bola, bentuk kue donat, dan lain-lain. Untuk menghubungkan dengan dunia partikel yang telah ditemukan terlebih dahulu, maka eksitasi string yang frekuensinya berbeda-beda diinterpretasikan sebagai massa partikel yang ada. Misalnya pada keadaan yang paling dasar, yaitu keadaan tanpa eksitasi, partikelnya disebut tachyon yang bermassa diam imajiner, sehingga kecepatan geraknya melebihi kecepatan cahaya.

Max Tegmark telah mengungkapkan bahwa ahli fisika telah menetapkan ada 4 tingkatan dalam alam semesta paralel.

  1. Tingkat pertama

Pengenalan istilah garis horison alam semesta

Jika seumpamanya umur jagat raya kita baru berumur 2 tahun, maka kita hanya akan melihat benda benda yang berjarak 2 tahun cahaya. Cahaya membutuhkan waktu untuk berjalan sehingga ketika sebuah benda yang memancarkan cahaya yang berjarak 3 tahun cahaya dari Bumi belum terlihat sekarang dan akan terlihat setelah umur jagat raya kita 3 tahun. Benda yang jaraknya lebih dari umur jagat raya kita dinamakan benda diluar garis horison. Umur jagat raya kita diperkirakan 15 milyar tahun sehingga kita hanya dapat melihat benda yang berjarak 15 milyar tahun cahaya.

Hipotesis Max Tegmark tingkat pertama ini menyatakan bahwa alam semesta paralel tidak dapat kita lihat karena ia beredar diluar garis horison alam semesta kita. Analoginya seperti kita melihat kapal di tengah lautan, kita tidak dapat melihat kapal ditengah laut. Kita dapat melihat kapal apabila kapal tersebut mendekati kita dan masuk dalam horison. Alam semesta paralel tingkat pertama ini digambarkan dengan gelembung udara yang saling berdesak-desakan dalam ruang yang disebut dengan jagat raya.

 

  1. Tingkat kedua

Teori ini menyatakan jika tingkat pertama hanya terdapat satu jagat raya, maka tingkat kedua ini mempunyai banyak jagat raya. Kita selamanya tidak dapat melihat jagat raya lainnya dikarenakan cepatnya perkembangan jagat raya.

  1. Tingkat ketiga

Teori ini menyatakan bahwa alam semesta lainnya berada di sekitar kita. Teori ini berkembang dari teori kuantum yang menyatakan bahwa proses kuantum acak menyebabkan alam semesta bercabang dengan banyaknya kemungkinan yang terjadi.

  1. Tingkat keempat.

Teori ini menyatakan bahwa alam semesta lainnya tidak hanya berada diluar horison alam semesta kita tetapi juga berbeda dengan alam semesta kita tetapi keadaan alam tersebut bebeda dalam segala hal, misalnya waktu, hukum fisika dan jagat raya.

 

Kita berada di alam manusia yang tidak bisa masuk ke alam dimensi lain, kecuali sebagian manusia yang diberi kemampuan lebih oleh Allah untuk bisa melihat dan masuk ke alam dimensi lain. Setiap alam mempunyai dimensi yang berbeda-beda tetapi tempatnya sama yaitu jagat raya, jadi jagat raya ini adalah tempat dimana banyak alam semesta berada.

Kita dapat mengkategorikan setiap alam dengan melihat asal mula pembentuk makhluk penghuninya. Maksudnya adalah manusia terbuat dari tanah, jin tebuat dari api, malaikat terbuat dari cahaya.

Kita dapat mengambil analogi sebagai berikut :

Manusia adalah makhluk yang terbuat dari tanah, kita tidak dapat hidup tanpa tanah, kita makan dari pepohonan yang tumbuh di tanah, kita minum yang berasal dari tanah, dan kita berpijak di atas tanah. Kalau kita berpikir lebih dalam hal ini adalah satu bukti bahwa kita terbuat dari tanah.

Dari analogi diatas kita dapat menyimpulkan bahwa setiap makhluk Allah tidak dapat hidup lepas dari unsur pembuatnya, manusia hidup di alam yang dipenuhi tanah, jin hidup di alam yang terbuat api dan malaikat hidup dalam alam yang terbuat dari cahaya. Dari dasar inilah kita dapat mengklasifikasikan alam dari makhluk penghuninya yaitu :

  1. 1.      Alam Manusia (Tanah)
  2. 2.      Alam Api (Jin)
  3. 3.      Alam Energi/Ruh (barzakh)
  4. 4.      Alam Cahaya (Malaikat)
  5. 5.      Alam Allah

Klasifikasi Alam ini berbeda dengan klasifikasi alam pada bab sebelumnya yang mendifinisikan alam menjadi 7 tingkatan. Apabila kita mendalami ayat Al-Quran dalam Surat Al-Fulsilat lebih dalam terdapat kata-kata Allah menciptakan 7 langit dalam dua masa (waktu). “Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa”. Ayat ini merujuk bahwa 7 tingkatan alam ini tidak hanya saat kita sekarang, tetapi dalam waktu yang berbeda. 7 tingkatan langit ini akan dibahas dalam bab selanjutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

This blog is kept spam free by WP-SpamFree.