MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN ASESMEN PENERAPAN KINERJA

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIIIB DI SMP NEGERI 4 NUSA PENIDA TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh:
I KETUT WIRTA, S.Pd
SMPN 4 NUSA PENIDA

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) peningkatan keaktifan belajar dalam mata pelajaran IPS pada saat diterapkan model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja di SMP Negeri 4 Nusa Penida . 2) peningkatan prestasi belajar dalam mata pelajaran IPS pada saat diterapkan model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja di SMP Negeri 4 Nusa Penida, 3) tanggapan siswa pada saat diterapkan model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri 4 Nusa Penida, dan 4) kendala-kendala yang dihadapi pada saat diterapkan model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja di SMP Negeri 4 Nusa Penida.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang diprediksi dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yakni : 1) Perencanaan, 2) pelaksanaan Tindakan, 3) Observasi dan Evaluasi tindakan, dan 4) refleksi. Subjek penelitian ini adalah 26 orang siswa kelas VIIIB Semester I tahun pelajaran 2009/2010 di SMP Negeri 4 Nusa Penida. Data tentang hasil belajar IPS dikumpulkan dengan metode tes, data tentang keaktifan belajar IPS dikumpulkan dengan metode observasi, data tentang tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja dikumpulkan dengan wawancara dan data tentang kendala-kendala penerapan model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja dikumpulkan denganobservasi. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menemukan bahwa: dengan penerapan model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja pada mata pelajaran IPS ternyata : 1) dapat meningkatkan keaktifan belajar dalam mata pelajaran IPS, dengan perolehan persentase angka rata-rata kelas pada siklus I = 69,81% dan berada pada kategori cukup aktif, siklus II = 73,46% berada pada kategori cukup aktif, dan terjadi persentase peningkatan dari siklus I ke siklus II = 3,65% 2). dapat meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS dengan perolehan persentase angka rata-rata kelas pada siklus I = 80,03 berada pada kategori tinggi, dan pada siklus II = 80,27% berada pada kategori tinggi. Persentase peningkatan dari siklus I ke siklus II = 0,24%. 3) tanggapan siswa positif terhadap penerapan model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja pada mata pelajaran IPS dan 4) dalam penerapan model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja pada mata pelajaran IPS dijumpai beberapa kendala.

Menurut Marhaeni, (2004:2-4) melalui pendidikan setiap individu meski disediakan berbagai kesempatan belajar sepanjang hayat, baik untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap maupun untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang kompleks dan penuh dengan saling ketergantungan. Untuk itu pendidikan yang relevan harus bersandar pada empat pilar pendidikan, yaitu: 1) learning to know, 2) learning to do, 3) leraning to be, dan 4) learning to live together. Dengan demikian pendidikan saat ini harus mampu membekali setiap pelajar dengan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap, di mana proses belajar bukan semata-mata mencerminkan pengetahuan (knowledge-based) tetapi mencerminkan keempat pilar di atas.

Hasan (1993:92) (dalam Lasmawan, 2001:30) menyatakan bahwa tujuan dari pembelajaran IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap, dan nilai-nilai peserta didik sebagai individu, sosial dan budaya. Pelaksanaan pembelajaran IPS diharapkan lebih menekankan pada aspek “pendidikan” daripada concept transfer.

Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran IPS seperti yang telah diuraikan di atas, telah dilakukan berbagai upaya antara lain: (1) perbaikan-perbaikan kurikulum, (2) pelatihan-pelatihan bagi guru-guru dan (3) pertemuan guru-guru IPS (MGMP) untuk pembahasan materi pelajaran. Sementara di sekolah sendiri telah dilakukan berbagai upaya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran IPS antara lain: (1) mengadakan pengayaan materi, (2) menambah sarana dan prasarana belajar, dan (3) memamfaatkan waktu dengan baik. Dengan demikian, Seyogianya hasil belajar IPS siswa dapat ditingkatkan dengan baik dan bisa mencapai KKM 66 pada skala 100 sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam kurikulum (KTSP) di SMP Negeri 4 Nusa Penida. Namun kenyataannya, hasil belajar IPS yang dicapai oleh siswa masih jauh dari harapan dan masih berada di bawah KKM yang telah ditargetkan.

Hal ini tampak dari data hasil ulangan harian I pada semester I tahun ajaran 2009/2010 menunjukkan nilai rata-rata mata pelajaran IPS yang diraih oleh siswa kelas VIIIB hanya mencapai 58,46 dengan nilai tertinggi 75,00 dan terendah 45,00. Sementara itu aktivitas belajar siswa masih rendah dan hanya didominasi oleh guru. Rendahnya aktivitas dan prestasi belajar IPS pada ulangan harian I semester I tahun pelajaran 2009/2010 dipandang perlu untuk melalukan refleksi atau perbaikan-perbaikan pada metode pembelajaran dan penilaian pada pembelajaran IPS.

Mengacu pada berkembangnya pemikiran bahwa belajar akan lebih bermakna jika siswa secara langsung mengalami sendiri apa yang dipelajari dan bukan mengetahuinya, maka model belajar yang dianggap relevan untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS adalah model pembelajaran kontekstual. Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS, merupakan dua sisi yang saling mendukung. Pendidikan IPS mengamanatkan agar pembelajarannya menggunakan masyarakat sebagai tempat, media atau laboratriumnya. Dengan menggunakan masyarakat sebagai laboratriumnya, maka pendidikan IPS akan mampu menghadirkan materi pembelajaran dengan keadaaan yang sesungguhnya pada lingkungan atau masyarakat. KTSP menyarankan agar selama proses belajar berlangsung guru dapat memonitor partisifasi siswa secara terus menerus agar pelaksanaan penilaian kelas yang lebih efektif agar pencapaian kompetisi masing-masing peserta didik dapat diketahui dengan menggunakan berbagai cara, salah satunya adalah unjuk kerja atau kinerja (Performaces) siswa.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1) Apakah penerapan model pembelajaran kontekstual dan assesmen kinerja dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa kelas VIIIB SMP Negeri 4 Nusa Penida ?, 2) Apakah penerapan pembelajaran kontekstual dan assesmen kinerja dapat meningkatkan Prestasi belajar IPS siswa kelas VIIIB SMP Negeri 4 Nusa Penida ?, 3) Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Kontekstual dan asesmen kinerja dalam pembelajaran IPS ? dan 4) Apakah ada kendala-kendala yang ditemukan dalam penerapan model pembelajaran kontekstual dan assesmen kinerja dalam pembelajaran IPS siswa di kelas VIIIB di SMP Negeri 4 Nusa Penida ?

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan mamfaat sebagai berikut: a) Bagi siswa: terciptanya suasana belajar yang menggeser kebiasaan siswa dari belajar menunggu guru menjadi belajar berdasarkan atas inisiatif sendiri sehingga bagi mereka belajar adalah kebutuhan dan menyenangkan dan b) Bagi Guru: memotivasi guru untuk merubah metode pengajaran dari kebiasaan mengajar (ceramah) menjadi kebiasaan membelajarkan peserta didik dan menggunakan lembar kerja (LKS) untuk membimbing siswa belajar mandiri.

Komponen yang sangat penting setelah berlangsungnya proses belajar mengajar adalah melihat hasil belajar siswa atau prestasi belajar siswa. Prestasi belajar IPS dalam penelitian ini adalah tingkat penguasaan kognitif siswa terhadap materi pelajaran IPS setelah mengalami proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, berupa nilai yang dituangkan dalam bentuk angka yang diperoleh dari hasil menjawab tes prestasi belajar IPS yang diberikan pada akhir penelitian. Prestasi yang dimaksud dalam hal ini adalah kecakapan nyata yang diperoleh siswa setelah belajar bukan kecakapan potensial, karena prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata yang b

erupa nilai setelah mengerjakan suatu test. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar sering diistilahkan dengan tes prestasi belajar.

Model Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi (conten) yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Nurhadi, 2004;13).

Knapp & Schell (dalam Depdiknas, 2005) mengidentifikasi beberapa masalah dalam pembelajaran, antara lain bahwa peserta didik kesulitan dalam menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah-masalah kompleks dan dalam setting yang berbeda, seperti masalah pada bidang lain atau masalah di luar sekolah. Begitu juga dalam pembelajaran IPS, siswa kurang mampu menghubungkan konsep-konsep dasar dengan kehidupan sehari-harinya. Pembelajaran yang diterapkan selama ini di sekolah adalah pembelajaran konvensional yang bersifat teoritik dan mekanistik serta jarang mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Tentunya pembelajaran yang demikian membuat siswa akan beranggapan belajar IPS tidak ada artinya bagi mereka. Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS, merupakan dua sisi yang saling mendukung. Pendidikan IPS mengamanatkan agar pembelajarannya menggunakan masyarakat sebagai tempat, media atau laboratriumnya. Seperti telah diuraikan sebelumnya, bahwa pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning community), pemodelan (modeling), penilaian sebenarnya (Authentic assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pembelajaran kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajaran. Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apapun, bidang studi apa saja, dan kelas bagaimanapun keadaannya.

Dalam proses pembelajaran, kebermaknaan tidak hanya terletak pada model pembelajaran yang digunakan, tetapi juga diartikan sebagai kesesuaian antara perencanaan, pelaksanan dan evaluasi belajar. KTSP menyarankan agar selama proses belajar berlangsung guru dapat memonitor partisifasi siswa secara terus menerus agar pelaksanaan penilaian kelas yang lebih efektif agar pencapaian kompetisi masing-masing peserta didik dapat diketahui dengan menggunakan berbagai cara, salah satunya adalah unjuk kerja atau kinerja (Performaces) siswa. Asesmen kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauh mana yang telah dilakukan dalam suatu program. Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut. Asesmen kinerja adalah penelusuran produk dalam proses. Asesmen ini menginginkan peserta didik untuk dapat mendemonstrasikan bahwa mereka dapat mengerjakan tugas tertentu seperti menulis esai, melakukan eksperimen, menginterpretasi solusi untuk suatu masalah, memainkan sebuah lagu, atau menggambar sesuatu. Dalam hal ini penekanannya adalah pada pengujian pengetahuan prosedural.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang diprediksi 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi tindakan, dan (4) Refleksi. Subyek sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB SMP Negeri 4 Nusa Penida yang berjumlah 26 orang. Sementara yang menjadi obyek sasaran kegiatan ini adalah Model pembelajaran Kontekstual dan asesmen kinerja, aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Prosedur penelitian ini terdiri atas persiapan tindakan, implementasi tindakan, evaluasi, analisis dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa siklus sampai ditemukan tindakan terbaik. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan test. Setelah semua data terkumpul, selanjutnya data itu dianalisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Pada analisis data ini dicari prosentase tingkat keaktifan siswa dan selanjutnya dibandingkan dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

Berdasarkan Observasi dan analisis data pada siklus I, dapat disimpulkan bahwa interaksi belajar siswa cukup aktif dilihat dari lima kategori yang diobservasi. Ini dapat dilihat pada aktivitas kerjasama siswa mencapai rata-rata 71,15% dan pola Interaksi siswa (tanya jawab) mencapai rata-rata 69,23%. kemampuan siswa untuk menyimpulkan materi sudah cukup baik 66,34% dan kualitas laporan yang dikumpulkan siswa dari hasil diskusi dapat dikategorikan cukup baik 78,84%. Sedangkan kemampuan siswa dalam mempresentasikan laporannya di kelas baru mencapai 63,46%. Secara keseluruhan nilai rarat-rata dari aktivitas belajar yang dicapai oleh siswa pada siklus I adalah 69,81. Jika dibandingkan dengan pedoman/kriteria model PAP mengacu pada Agung, (2002) tingkat keaktifan siswa masuk pada kategori Cukup aktif. Sedangkan tindakan siklus II menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas kerjasama siswa mencapai rata-rata 75,00%, aktivitas tanya jawab mencapai rata-rata 74,04%. Begitu juga dengan kemampuan siswa untuk menyimpulkan materi sudah cukup baik mencapai rata-rata 65,38% dan jika dilihat dari kualitas laporan yang dikumpulkan siswa dari hasil diskusi dapat dikategorikan cukup baik yakni mencapai rata-rata 82,69%. Sedangkan kemampuan siswa dalam mempresentasikan laporannya di depan kelas baru mencapai 70,19%. Secara keseluruhan nilai rarat-rata dari aktivitas belajar yang dicapai oleh siswa pada siklus II adalah 73,46. Jika dibandingkan dengan pedoman/kriteria model PAP mengacu pada Agung, (2002) tingkat keaktifan siswa masuk pada kategori Cukup aktif.

Peningkatan kualitas interaksi atau respon siswa terhadap pembelajaran IPS setelah diterapkannya model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja dapat dilihat berikut: 1) Sisw menjadi lebih bersemangat dan bergairah ketika belajar mata pelajaran IPS setelah diterapkannnya model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja, 2) Pola interaksi yang terjadi tidak lagi hanya antara guru dengan siswa, tetapi juga siswa dengan siswa dalam kelompok yang lainnya (multi arah) sehingga terbentuknya masyarakat belajar yang efektif, 3) Dengan pola interaksi yang bersifat multi arah, mereka akan dapat kesempatan yang relatif lebih banyak untuk menemukan pendapat atau ide-ide dan saling bertukar pikiran dengan teman, 4) Siswa yang pada awalnya sering belajar sendiri dan ada yang bermain-main saat diskusi kelompok dan setelah pembelajaran berikutnya mulai melibatkan diri secara aktif dan mulai mengambil peran dalam pembelajaran, 5) Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat cendrung mengalami peningkatan, 6) Partisifasi siswa dalam menyimpulkan hasil belajar menunjukan suasana yang dimamis dan interaktif dari yang semulanya didominasi oleh siswa yang lebih pintar, kini sudah tampak adanya pemerataan dalam menyimpulkan hasil belajar dan 7) Siswa sudah mulai terbiasa membuat laporan dan mempresentasikannya di depan kelas.

Berdasarkan analisis data terhadap perolehan hasil belajar pada mata pelajaran IPS, dapat disimpulkan bahwa perolehan hasil belajar siswa berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh mengalami peningkatan yang cukup berarti per siklusnya. Dari hasil evaluasi belajar siswa pada tindakan pertama yang membelajarkan pokok bahasan (KD) “ Masalah kependudukan Indonesia dan Upaya mengatasinya”. Setelah pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model kontekstual dan asesmen kinerja, rata-rata hasil ulangan harian pertama (Siklus I) siswa mencapai 80,03 dan daya serapnya 80,03% dengan ketuntasan mencapai 88,46% dari 5 soal Essay yang diujikan

. Siswa secara individual dikatakan tuntas jika mencapai skor minimal 66 dari skor maksimum. Sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas jika ketuntasannya 85% ke atas. Jika dilihat dari daya serap dan ketuntasannya materinya tampak sudah sesuai dengan target yang diharapkan, akan tetapi untuk lebih meyakinkan apakah model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa, tetap dilanjutkan pada tindakan ke dua (siklus II).

Sedangkan melalui penerapan model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja dengan perbaikan (Siklus II) dengan pokok bahasan “ Masalah lingkungan dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelajutan “ jika dilihat dari hasil ulangan hariannya (Siklus II) nampak ada peningkatan, walapun hanya sedikit. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa mencapai 80,27 dengan daya serap 80,27% sedangkan ketuntasan belajar siswa mencapai 96,15%. Hal ini berarti secara klasikal ketuntasan belajar siswa sudah tercapai dan mengalami peningkatan dari tindakan yang diberikan pada sebelumnya. Rendanya peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II di duga karena pertama, pengaruh suasana libur Galungan dan Kuningan selama 2 minggu. Dimana perlakuan yang diberikan pada siklus dua dilakukan sebelum libur Galungan dan Kuningan sedangkan pengambilan hasil belajar IPS siswa (siklus II) dilakukan setelah libur Galungan dan Kuningan, sehingga ada kemungkinan siswa melupakan konsep materi yang dikuasai dan masih terlena dengan suasana liburan. kedua, tingkat kesulitan materi pada siklus II cukup sulit bila dibandingkan dengan materi yang dibelajarkan pada siklus I. Secara lebih rinci peningkatan prestasi belajar IPS dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa kelas VIIIB menunjukan tanggapan sebagai berikut: 1) Siswa merasa senang belajar IPS setelah diterapkannya model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja pada pembelajaran IPS, 2) Siswa merasa lebih santai dalam belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja karena bisa belajar tidak hanya dengan guru tetapi lebih banyak dengan teman sehingga kesannya lebih santai, 3) Materi bisa lebih cepat dipahami karena mengkaitkan pengalaman riil siswa dengan materi yang sedang dipelajari sehingga materi lebih lama bisa diingat, 4) Siswa berharap guru-guru yang lain juga menerapkan model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja pada mata pelajaran yang lainnya, dan 5) Dalam penerapan model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja diharapkan memperhatikan waktu agar target kurikulum dapat tercapai.

Dalam penelitian ini, walaupun model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja memiliki kelebihan tetapi juga ditemukan kelemahan. Kelemahan-kelamahan yang menjadi kendala dalam pengembangan model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja selama berlangsungnya penelitian yaitu: 1)Dalam pembelajaran kontekstual banyak menghabiskan waktu dan tenaga sehingga target kurikulum tidak tercapai, 2) Dalam pembelajaran kontekstual belajar dalam bentuk kelompok sering disalahgunakan oleh siswa dan membicarakan hal-hal di luar pelajaran akibatnya waktu yang disediakan kadang-kadang molor, 3) Masih terbatasnya wawasan dan pemahaman guru tentang teknik belajar pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja. Bagi guru model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja merupakan hal yang relatif baru, 4) Kemampuan masing-masing siswa berbeda sehingga dalam penerapan model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja lebih banyak didominasi oleh siswa yang berkempuan lebih pintar dan sebaliknya siswa yang kempuannya rendah merasa canggung atau minder, dan 5) dalam penerapan model pembelajaran kontekstual dibutuhkan sarana dan sarana yang memadai, misalnya buku penunjang, LKS dan lainnya.

Berdasarkan temuan Penelitian dan analisis data secara keseluruhan sesuai dengan fokus permasalahan yang dikaji, maka rekomendasi yang bisa ditawarkan sebagai berikut: 1) Untuk guru, khususnya guru mata Pelajaran IPS, temuan penelitian ini hendaknya mampu dijadikan sebagai alternatif dalam meningkatkan kegairahan belajar siswa dan keberhasilan dalam proses pembelajarannya dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi siswa, dan 2) Ketrampilan guru dalam mengkondisikan kesiapan belajar siswa merupakan salah satu prasyarat keberhasilan penggunaan model pembelajaran kontekstual dan asesmen kinerja dalam pembelajaran IPS. Untuk itu, maka hendaknya guru selaku ujung tombak keberhasilan pendidikan tidak segan-segan terus mengembangkan diri dan keprofesionalannya.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.A. Gede. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: STKIP Singaraja.

Bagus Supartapa, A.A Gede, 2007. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kontektual (CTL) dan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) Ditinjau dari Bakat Numerik dalam Meningkatkan Prestasi Belajar matematika di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Denpasar Tahun Ajaran 2007-2008. Tesis (Tidak diterbitkan) Undiksa Singaraja.2005.

Depdiknas, 2002. Pendekatan kontekstual (Teaching and learning ). Direktorat Jendral Pendidikan dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta : Depdiknas.

Lasmawan, 2001. Pengelolaan dan Operasionalisasi Pembelajaran IPS di sekolah Dasar (Makalah). Program Pasca Sarjana IKIP Bandung.

Lasmawan, 1997. Pengembangan Model Pembelajaran Cooperatif Learning dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (Studi Pembelajaran) Tesis, Tidak diterbitkan. Pasca Sarjana IKIP Bandung

Lasmawan, 2007. Review Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan. Makalah. Disajikan dalam Pelatihan tentang kurukulum Tingkat satuan Pendidikan bagi guru-guru IPS di Kabupaten Klungkung.

Marhaeni,A.A.I.N, 2008. Pembelajaran Berbasis Asesmen Otentik Dalam Rangka Implementasi sekolah Kategori Mandiri (SKM). Makalah (disampaikan pada Workshop guru di SMA Negeri 1 Kediri tanggal 29 Desember 2008).

Nasution, 2001. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Aksara.

Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang, Surabaya.

Santyasa, 2008. Asesmen Kinerja, Portofolio dan Kriteria Penilaian. Makalah. Disajikan dalam Pelatihan tentang Pembelajaran dan Asesmen Inovatif bagi guru-guru Sekolah Menengah di Kecamatan Nusa Penida, dari tanggal 22- 24 agustus 2008 di Nusa Penida.

sumber : http://disdikklungkung.net/content/view/94/46/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

This blog is kept spam free by WP-SpamFree.