Modul SMP, Dongeng

Pengertian Dongeng dan Unsur-unsurnya
         Apakah kamu telah mengetahui pengertian dongeng? Pada pelajaran ini, kamu diajak mendengarkan dongeng lalu menemukan hal-hal yang menarik dari isi cerita dongeng tersebut melalui unsur-unsur dalam cerita.
         Dongeng merupakan salah satu bentuk karya sastra lama yang berjenis prosa. Dongeng juga merupakan cerita rekaan, khayal, atau fiksi. Dalam dongeng juga terdapat unsur-unsur yang membangun cerita seperti jenis prosa lain, misalnya cerpen dan novel. Unsur-unsur tersebut meliputi tokoh, watak tokoh, alur, latar, tema, dan amanat. Perbedaan antara dongeng dan cerpen atau novel adalah tingkat rekaannya. Oleh karenanya, dongeng mempunyai daya tarik tersendiri bagi anak-anak. Selain itu, cerita dalam dongeng juga menjadi daya tarik bagi orang tua untuk bercerita karena mengandung nilai-nilai moral yang dapat diajarkan kepada anak-anak Hendaknya kamu pahami dahulu unsur-unsur dalam sebuah dongeng berikut.
a.      Tema, yaitu pokok pembicaraan yang disampaikan dalam cerita dongeng.
b.      Tokoh, yaitu para pelaku yang mendukung cerita dalam dongeng.
c.      Watak tokoh atau penokohan, yaitu gambaran perilaku atau watak para pelaku dalam cerita dongeng.
d.      Latar, yaitu tempat, waktu, dan suasana yang terjadi dalam cerita dongeng.
e.      Alur, yaitu rangkaian kisah cerita yang disusun secara logis sebagai
         jalan cerita dalam dongeng.
f.       Amanat, yaitu pesan yang akan disampaikan dalam cerita dongeng
         yang mengandung ajaran atau nilai-nilai moral
Mendengarkan Pembacaan Dongeng
Menceritakan Isi Dongeng
         Keterampilan atau kepiawaian dalam bercerita dapat digunakan sebagai bekal untuk menjadi seorang presenter. Kalau kamu amati para presenter di televisi atau yang kita dengarkan di radio, mereka adalah orang-orang yang terampil bercerita. Keterampilan bercerita dapat ditingkatkan dengan berlatih sesering mungkin. Untuk mengasah keterampilan tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
(1) penguasaan dan penghayatan isi cerita,
(2) tempat dan posisi ketika bercerita,
(3) vokal, yang meliputi intonasi serta warna suara ketika bercerita,
(4) ekspresi ketika bercerita.
         Penguasaan dan penghayatan cerita ini mencakup antara lain jalan cerita,sifat-sifat tokoh, pokok persoalan, dan pesan yang ada dalam cerita. Tempat dan posisi yang enak dapat membuat kamu leluasa bergerak dan berekspresi.
         Dengan vokal atau suara yang bervariasi, intonasinya yang tidak monoton pendengar atau penonton bisa terbantu untuk menggambarkan dan mengimajinasikan karakter tokoh yang mendukung cerita itu dan peristiwa yang terjadi dalam cerita itu dibenaknya. Selain itu, ekspresi karakter tokoh yang diwujudkan dalam suara dan gerak secara baik akan membuat cerita yang kamu bawakan sangat menarik. Bercerita dengan hafal atau setengah hafal cerita yang kamu bawakan juga dapat membantu kelancaranmu dan penghayatanmu tidak terganggu. Dengan demikian, penampilanmu bias maksimal.
Latihan
Abunawas, Bocah Tak Bertuan
Hasan kaget bukan kepalang, tatkala kambing-kambing yang digembalakannya hilang seekor. Ia mencari ke sana kemari, tetapi tak ketemu juga. Saat hampir putus asa, dari kejauhan tiba-tiba terlihat kambingnya tengah dituntun orang. Hasan bergegas memburu orang itu. Ketika sudah dekat, orang yang menuntun kambingnya itu ternyata Balsom, tetangganya sendiri.
“Balsom, hendak kau bawa ke mana kambingku itu, hah?” tanya Hasan, berang. Yang ditanya ternyata menjawab dengan santai.
“Saya kira kambing ini tak bertuan. Dia berkeliaran sendirian. Daripada dimakan macan, lebih baik kuamankan saja di rumahku.” Mendapat jawaban seperti itu, Hasan sebenarnya sakit hati juga. Namun, Hasan tak ingin terjadi keributan. Dia mencoba mengalah dan menerima balasan Balsom. Cuma dia meminta agar Balsom tak mengulanginya lagi. Namun, janji tinggal janji. Beberapa waktu setelah kejadian itu, Balsom kembali mengulang perbuatannya lagi. Dia mencoba mencuri kambing Hasan lagi. Ketika tepergok, Balsom bisa saja berkilah.
“Aku tidak tahu kalau itu kambingmu. Dia berkeliaran sendirian. Daripada dimakan macan, lebih baik kuamankan saja di rumahku. Makanya kambing-kambingmu itu diberi tanda yang jelas, biar semua orang tahu.” Kali ini Hasan tidak bisa menahan kemarahannya lagi. Dia menghujat Balsom habis-habisan.
“Kau memang pandai berkilah! Kau tidak bisa ditegur dengan cara yang baik-baik. Kalau itu memang maumu, baiklah. Aku juga bisa melakukan hal yang sama padamu.” Mendapat ancaman seperti itu, Balsom tidak gentar. Dia menanggapinya
dengan tenang. Balsom tahu, Hasan tidak cukup pintar untuk bisa melaksanakan ancamannya itu. Namun usai kejadian itu, Hasan punya rencana lain. Dia menemui Abunawas di rumahnya. Ia meminta nasihat agar bisa membuat Balsom jera.
“Kalau masalahnya seperti itu, gampang,” ucap Abunawas, usai mendengar cerita Hasan.
“Gampang bagaimana maksudmu?” tanya Hasan, tak mengerti.
“Sudah, lusa ikut aku. Dia akan merasakan balasan yang setimpal. Aku tahu kebiasaannya. Setiap Rabu siang, dia pasti pergi ke pasar kota. Setelah
itulah kita akan buat dia menangis sejadi-jadinya.”
         Hasan belum sepenuhnya mengerti maksud Abunawas, tetapi karena meyakini kecerdikan Abunawas, dia menyetujui saja rencana itu. Rabu siang, Abunawas dan Hasan menunggu di sebuah jalan. Keduanya bersembunyi di balik rerimbunan pohon. Mereka berharap, Balsom akan melewati jalan itu. Benar juga! Tak berapa lama kemudian, Balsom melewati jalan itu sembari menuntun anak lelakinya yang berumur tiga tahun. Melihat sebuah sandal tergeletak tak bertuan, Balsom berhenti sejenak.
“Bukankah ini pasangan sandal yang kutemui di jalan, beberapa saat yang lalu? Kalau tahu aku bakal menemukan pasangannya, mengapa aku tidak mengamankan sandal tadi?” gumam Balsom, sembari geleng-geleng kepala. Setelah berpikir sejenak, Balsom membulatkan pikiran. Dia akan kembali
untuk mengambil sandal yang tergeletak di tengah jalan, beberapa saat yang lalu.
“Kau tunggu di sini, ya?” kata Balsom pada anaknya. “Ayah pasti akan kembali lagi. Tidak lama, kok, paling hanya sepuluh menit saja.” Beberapa saat setelah Balsom meninggalkan anaknya, Abunawas dan Hasan langsung bereaksi. Dia mendekati anak Balsom dan membujuknya agar mau ikut dengannya. Diiming-iming mainan dan gula-gula, anak Balsom menurut saja diajak Abunawas dan Hasan.
Tatkala Balsom sudah kembali ke tempat semula, betapa kagetnya dia. Anaknya raib tak berimba. Dia tidak tahu harus bertanya kepada siapa. Jalanan ini sepi, nyaris tak berpenghuni. Yang ada hanya rerimbunan pohon dan semak-semak. Sembari hilir mudik ke sana kemari, Balsom meraung-raung sejadi-jadinya, menangisi kepergian anaknya.
Di tengah kepanikannya, tiba-tiba dia melihat sekilas anaknya dituntun orang. Balsom segera berlari mengejar bayangan itu. Setelah dekat, ternyata benar. Anaknya tengah dituntun Abunawas dan Hasan.
“Hai, apa-apaan ini! Mau kau bawa ke mana anakku, hah?!” seru Balsom memaki Abunawas dan Hasan.
“Lho, ini anakmu?” ucap Abunawas pura-pura tidak tahu. “Saya kira bocah ini tidak bertuan. Dia berkeliaran sendirian tadi. Daripada dimakan macan, lebih baik kuamankan saja di rumahku.”
Mendapat jawaban setelak itu, Balsom seketika terdiam. Amarahnya yang meluap-luap seketika sirna. Kilahnya kepada Hasan beberapa waktu yang lalu, kini dibalikkan lagi kepadanya, oleh Abunawas. Wajah Balsom merah padam menahan malu. Akhirnya, tanpa banyak bicara, Balsom segera merenggut tubuh anaknya dari tangan Abunawas dan pergi tanpa sepatah kata.
Latihan
1.      Bacalah secara bersama-sama dengan temanmu dalam hati dongeng yang berjudul “Abunawas, Bocah Tak Bertuan”!
2.      Selanjutnya, coba jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar dan tuliskan di buku tugasmu!
         a.      Apa judul dongeng yang kamu dengarkan?
         b.      Siapa tokoh utama dalam dongeng tersebut?
         c.      Di mana terjadinya peristiwa dalam dongeng tersebut?
         d.      Pengalaman menarik apa yang dialami tokoh dalam dongeng
                  tersebut?
         e.      Apakah mungkin pengalaman yang dialami tokoh tersebut terjadi
                  dalam kehidupan nyata? Jelaskan menurut pendapatmu!
         f.       Apa nasihat yang ada dalam dongeng tersebut?
         g.      Bagaimana watak tokoh dalam cerita tersebut?
         h.      Menurutmu, bagaimana akhir cerita dalam dongeng tersebut agar

                  lebih menarik? Jelaskan sesuai pendapatmu!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

This blog is kept spam free by WP-SpamFree.