Perkembangan Anak | Perkembangan Fisik, Motorik, Kognitif, Psikososial

Perkembangan Anak ( Perkembangan Fisik, Perkembangan Motorik,
Perkembangan Kognitif, Perkembangan Psikososial ) – Periode ini
merupakan kelanjutan dari masa bayi (lahir – usia 4 th) yang ditandai dengan
terjadinya perkembangan fisik, motorik dan kognitif (perubahan dalam
sikap, nilai, dan perilaku), psikosial serta diikuti oleh perubahan – perubahan
yang lain.
warta
1. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang. Peningkatan berat badan anak lebih
banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena
bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya.
2. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan
dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu
menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak –
anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk
permainan. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang
bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini, antara lain :
a). Anak Usia 5 Tahun
– Mampu melompat dan menari
– Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
– Dapat menghitung jari – jarinya
– Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu bercerita
– Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
– Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
– Mampu membedakan besar dan kecil
b). Anak Usia 6 Tahun
– Ketangkasan meningkat
– Melompat tali
– Bermain sepeda
– Mengetahui kanan dan kiri
– Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
– Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c). Anak Usia 7 Tahun
– Mulai membaca dengan lancar
– Cemas terhadap kegagalan
– Peningkatan minat pada bidang spiritual
– Kadang Malu atau sedih
d). Anak Usia 8 – 9 Tahun
– Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
– Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
– Ketrampilan lebih individual
– Ingin terlibat dalam sesuatu
– Menyukai kelompok dan mode
– Mencari teman secara aktif.
e). Anak Usia 10 – 12 Tahun
– Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan dengan pubertas
mulai tampak
– Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian sendiri , dll.
– Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain
– Mulai tertarik dengan lawan jenis.
3. Perkembangan Kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika
pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada
periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya
ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional
Konkrit ( Concret Operational Thought ), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek
peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu
mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan
untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini,
anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi – operasi, yaitu :
a). Negasi (Negation ), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan –
hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b). Hubungan Timbal Balik (Resiprok) , yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam
suatu keadaan.
c). Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa
melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur
kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri
bertindak secara nyata.
a. Perkembangan Memori
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori
jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan – keterbatasan.
Untuk mengurangi keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori (memory
strategy), yaitu merupakan perilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. Matlin
(1994) menyebutkan 4 macam strategi memori yang penting, yaitu :
1. Rehearsal (Pengulangan) : Suatu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulang berkali-kali
informasi yang telah disampaikan.
2. Organization (Organisasi) : Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang digunakan untuk
meningkatkan memori. Seperti, anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut
susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas.
3. Imagery (Perbandingan) : Membandingkan sesuatu dengan tipe dari karakteristik pembayangan dari
seseorang.
4. Retrieval ( Pemunculan Kembali) : Proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat
penyimpanan. Ketika suatu isyarat yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah
meori, mereka akan menggunakannya secara spontan.
Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal lain yang mempengaruhi memori anak, seperti
tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap, kesehatan dan motivasi), serta pengetahuan yang diperoleh
anak sebelumnya.
b. Perkembangan Pemikiran Kritis
Perkembangan Pemikiran Kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara
mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-
informasi yang datang dari berbagai sumber serta mampu befikir secara reflektif dan evaluatif.
c. Perkembangan Kreativitas
Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
d. Perkembangan Bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan
cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berfikir
tentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat yang
lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat.
4. Perkembangan Psikosial
Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang dapat
membuahkan hasil, sehingga dunia psikosial anak menjadi semakin kompleks. Anak sudah siap untuk
meninggalkan rumah dan orang tuanya dalam waktu terbatas, yaitu pada saat anak berada di
sekolah. Melalui proses pendidikan ini, anak belajar untuk bersaing (kompetitif), kooperatif dengan
orang lain, saling memberi dan menerima, setia kawan dan belajar peraturan – peraturan yang
berlaku. Dalam hal ini proses sosialisasi banyak terpengaruh oleh guru dan teman sebaya. Identifikasi
bukan lagi terhadap orang tua, melainkan terhadap guru. Selain itu, anak tidak lagi bersifat egosentris,
ia telah mempunyai jiwa kompetitif sehingga dapat memilah apa yang baik bagi dirinya, mampu
memecahkan masalahnya sendiri dan mulai melakukan identifikasi terhadap tokoh tertentu yang
menarik perhatiannya.
a. Perkembangan Pemahaman Diri
Pada tahap ini, pemahaman diri atau konsep diri anak mengalami perubahan yang sangat pesat. Ia
lebih memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada melalui karakteristik eksternal.
c. Perkembangan Hubungan dengan Keluarga
Dalam hal ini, orang tua merasakan pengontrolan dirinya terhadap tingkah laku anak mereka
berkurang dari waktu ke waktu dibandingkan dengan periode sebelumnya, karena rata-rata anak
menghabiskan waktunya di sekolah. Interaksi guru dan teman sebaya di sekolah memberikan suatu
peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan ketrampilan
sosial.
d. Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya
Berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang banyak menyita waktu. Umumnya
mereka meluangkan waktu lebih dari 40% untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan terkadang
terdapat duatu grup/kelompok. Anak idak lagi puas bermain sendirian dirumah. Hal ini karena anak
mempunyai kenginan kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

This blog is kept spam free by WP-SpamFree.